Minggu, 23 Juni 2013

Pekerjaan dan waktu luang

A. Pekerjaan dan Waktu Luang
I. Mengubah sikap terhadap pekerjaan

Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering di gunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku suatu bangsa. Salah satu hal yang menarik dari perilaku manusia yang membuatnya menjadi kompleks adalah sifat deferensial. Seseorang dapat berespon tertentu dalam menghadapi stimulus atau objek pada suatu saat, tetapi dapat pula berespon yang lain pada saat yang berbeda.

Mendefinisikan nilai pekerjaan
Pandangan konservatif menyatakan bahwa kerja jasmaniah itu adalah bentuk hukaman yang di timpakan pada manusia sebagai akibat dari dosa-dosanya; sehingga orang yang berakal sehat harus bekerja giat untuk mempertahankan eksistensi diri sendiri dan keluarganya. Sehubungan dengan kondisi pekerjaan, di pikirkan untuk mengadakan perbaikab-perbaikan terhadap kondisi-kondisi kerja yang mendorong orang untuk menyukai pekerjaan.
Pandangan yang menyatakan bahwa kebanyakan orang tidak menyukai pekerjaan, sudah banyak mengalami modfikasi pada zaman modern sekarang. Di akui bahwa banyak orang, misalnya buruh profesional, para ahli, seniman-seniman dan juru-juru yang mempunyai keahlian tinggi – bersungguh-sungguh mencitai pekerjaannya. Sedang insentif dan satu-satunya motivasi kerjanya mungkin berupa “kesejahteraan umum” atau rasa puas-bangga, atau aktivitas keja itu sendiri. Nilai pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita kerjakan, sangat bergantung kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita ketika mengerjakan pekerjaan itu.

Apa yang dicari dalam pekerjaan

Mencari uang: Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang untuk bekerja.  Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.

Mencari pengembangan diri: Adalah tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan  mencari pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana.

Mencari teman/sarana bersosialisasi: Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka.

Mencari kebanggaan/kehormatan diri: Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain.

Fungsi psikologis dari pekerjaan
Kerja mulai dipahami sebagai tempat sosial dimana manusia menggunakan bakat-bakat yang dimiliki untuk melayani sesama, tidak lagi semata-mata dalam rangka memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Manusia mulai sadar memiliki kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi secara mandiri sehingga dirasakan perlunya komunitas yang didalamnya orang-orang saling bergantung. Setiap orang harus mempergunakan bakat yang dimilkinya untuk melayani orang lain, demikian pula sebaliknya. Sehingga, secara bersama-sama setiap orang membangun masyarakat sebagai suatu sistem yang saling mendukung. Dengan kosep kerja seperti ini, kita kemudian berpikir tentang dua hal mendasar bagaimana memilih suatu pekerjaan. Pertama, pekerjaan dipilih berdasarkan minat dan bakat yang kita miliki. Meskipun terdengar sederhana, namun faktanya menemukan minat dan bakat adalah suatu proses yang sulit karena kita lahir tanpa membawa rincian tentang ketertarikan dan kemampuan bawaan.

II. Fase-fase dalam memilih pekerjaan
Seorang individu membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup atau memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Biasanya mereka memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Dalam memilih pekerjaan manusia akan mau dan mampu untuk bekerja dengan baik bilamana ia ditempatkan pada posisi dengan jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta bila mana ia bisa memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan itu. lni berarti bahwa perusahaan harus bisa menempatkan orang pada jabatan-jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, dengan tidak lupa mempertimbangkan upaya pemenuhan kebutuhannya. Sebelum di tempatkan pada posisi yang sesuai dengan minat dan kemampuanya, para calon tenaga kerja biasanya terlebih dahulu mengikuti seleksi yang diadakan oleh pihak perusahaan yang bertujuan untuk mencari calon tenga kerja yang memang benar-benar menguasai keahlian didalam bidang yang dicari oleh pihak perusahaan. ada enam tahapan yang harus dijalani oleh seorang calon tenaga kerja, yaitu:
1. Tahap penyerahan surat lamaran
2. Tahap wawancara awal
3. Tahap ujian psikotes
4. Tahap penilaian akhir
5. Tahap pemberitahuan wawancara akhir
6. Tahap penerimaan
Fase remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak karena akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana anak-anak mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana mereka bersikap terhadap lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase remaja dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase usia selanjutnya akan rentan terganggu. Apalagi tugas perkembangan yang utama dilakukan dalam fase remaja adalah untuk mencari identitas diri. Identitas diri mencakup bagaimana seorang anak melihat diri mereka, bagaimana mereka menilai kelebihan dan kekurangannya, bagaimana mereka menentukan bayangan sosok ideal yang mereka ingin perankan, serta bagaimana mereka menentukan bayangan masa depan yang mereka inginkan. Ketika anak-anak pada usia ini gagal mengetahui siapa identitas mereka, maka mereka akan mengalami kebingungan yang akan rentan berdampak pada tugas-tugas perkembangan mereka selanjutnya. Proses mencari identitas diri juga bukanlah suatu hal yang mudah. “Anak-anak harus mengeksplorasi diri mereka di dalam lingkungan serta menghadapi tantangan lingkungan, sementara di waktu yang bersamaan mereka juga mengalami perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif, dan psikologis, yang membuat mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses yang tidak mudah inilah yang membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.

III. Hubungan karakteristik pribadi dan karakteristik pekerjaan dalam memilih pekerjaan yang cocok
Kepribadian Artistik
Karakter: kreatif, imajinasi yang tak pernah berhenti, suka mengekspresikan diri, suka bekerja tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang berkaitan dengan design/warna/kata-kata. Orang artistik merupakan pemecah masalah yang sangat hebat karena mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional.
Pekerjaan yang cocok: editor, grafik desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli kecantikan, model, pemain film, sutradara, interior desain.

Kepribadian Konvensional
Karakter: menyukai aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan rincian data, tertib, cenderung pendiam dan lebih hati-hati.
Pekerjaan yang cocok: akuntan, petugas asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis, penerjemah.

Kepribadian Aktif
Karakter: gigih, berani, suka berkompetisi, penuh semangat, pekerja keras, ekstrovet, enerjik, dan progresif.
Pekerjaan yang cocok: wiraswasta, direktur program, manajer.

Kepribadian Investigasi
Karakter: analitis, intelektual, ilmiah, menyukai misteri, sangat memperhatikan detail, lebih suka bekerja secara individu, menggunakan logika.
Pekerjaan yang cocok: analisis sistem komputer, programmer, dosen, profesor, statistik, dokter.

Kepribadian Realistis
Karakter: realistis, praktis, simpel, bekerja di luar ruangan, berorientasi pada masalah dan solusinya, suka bekerja dengan objek yang kongkrit, pekerjaan yang menggunakan alat bantu atau mesin.
Pekerjaan yang cocok: tukang listrik, dokter gigi.

Kepribadian Sosial
Karakter: suka membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, sabar, murah hati, memiliki empati, memusatkan diri dengan interaksi manusia, suka berbicara.
Pekerjaan yang cocok: psikolog, guru, mediator, perawat, entertainer, selebriti.

IV. kepuasan kerja, penyesuaian diri dalam pekerjaan

Kepuasan kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang berupa selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima (R. Hodson, 1991). Kepuasan kerja merupakan variabel terikat (dependent variable) yaitu suatu respon yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Di samping hal tersebut, kepuasan kerja sampai dengan saat ini banyak dihubungkan dengan tingkat produktifitas dan kuantitas hidup, oleh karena itu masyarakat maju banyak yang memperhatikan kepuasan kerja pegawai/karyawan dengan memberi kepedulian dan ganjaran material yang memadai dan bahkan ada anggapan bahwasanya organisasi-organisasi sekarang harus bertanggung jawab untuk memberikan kepada pegawai/ karyawan pekerjaan yang menantang dan secara intrinsik mengganjar. Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para pegawai memandang pekerjaan mereka (Handoko, 1987: 193). Menurut Tiffin dalam As’ad (1995: 104) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari pegawai terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama dengan pimpinan dan sesama pegawai. Blum dalam As’ad (1995: 104) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri  dan hubungan sosial individual di luar kerja.

V. Menggunakan waktu luang dengan positif
Menurut Muhammad Adil Khithab berpendapat bahwa waktu luang adalah waktu bebas yang oleh seseorang diisi sesuai dengan kegiatan yang dikehendakinya.
Waktu Luang memiliki beberapa pengertian, antara lain: Menurut Rabiltuz waktu luang adalah waktu yang tersisa dari pekerjaan yang diharuskan atau sisa waktu belajar atau waktu untuk melaksanakan kewajiban sehari-hari.
Waktu luang adalah waktu bebas yang tersisa dari serangkaian kegiatan kehidupan sehari-hari atau setelah melaksanakan kewajiban dan kepentingan hidup.Waktu luang tersebut bebas diisi dengan kegiatan yang diinginkan dan disukai.  Memanfaatkan waktu luang dengan positif bisa saja dengan berolahraga, membaca buku, menghabiskan waktu bersama dengan keluarga atau orang yang terkasih. Memanfaatkan waktu luang yang bermanfaat dan berguna.


B. Self Directed Changes
I.Melakukan perubahan pribadi melalui tahapan :

a. Meningkatkan control diri

Dalam perkembangan kontrol-diri, beberapa ahli menganggap bahwa pada usia remaja kontrol-diri sudah mencapai akhir perkembangan, penelitian membuktikan bahwa kontrol-diri yang rendah pada masa remaja berhubungan dengan kontrol-diri yang rendah pula pada masa dewasa. Namun ahli lain mengatakan bahwa kontrol-diri dapat berkembang sepanjang kehidupan. Seperti yang dilaporkan oleh Fujita dkk,kontrol-diri dapat ditingkatkan melalui beberapa cara berfikir yang saling berhubungan :
1. Global Processing, mencoba fokus pada gambaran besar dari tujuan hidup atau cita-cita kita, sehingga setiap kegiatan atau tindakan kita dilihat sebagai bagian dari pencapaian tujuan akhir.

2. Abstrac listening, mencoba menolak detil-detil dalam situasi khusus untuk membawa kita berfikir bagaimana tindakan kita sesuai dengan rencana kerja kita secara keseluruhan. Contoh-nya seseorang mungkin harus mengurangi berfikir tentang detil-detil beratnya latihan fisik tetapi mencoba untuk fokus pada gambaran fisik yang ideal yang akan dicapai bila dia tetap menjalankan latihan dengan baik.
3.High-level categorization, berfikir tentang konsep tingkat tinggi daripada keadaan yang khusus atau sesaat. Katagorisasi tugas dapat membantu kita untuk mengatur fokus dan mencapai disiplin-diri yang lebih besar.
Beberapa hal diatas dapat diterapkan pada banyak situasi dimana pada saat itu dibutuhkan kontrol-diri. Pendek kata ketiga cara berfikir diatas adalah cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama yaitu : berfikir global, obyektif dan abstak , sehingga peningkatan kontrol-diri akan mengikuti kemudian.
b. Cara menetapkan suatu tujuan
 Tetapkan tujuan SMART adalah teknik pengaturan tujuan paling populer di mana Kita mendefinisikan tujuan Kita sebagai:

S- Specific
M- Measurable
A-Attainable
R- Relevant
T- Time Bound

Spesifik

Sebuah cara yang efektif menetapkan tujuan untuk sukses adalah membuat tujuan Kita sespesifik mungkin. Tujuan Kita harus jelas dan tepat. Selain itu, tujuan juga harus sangat sederhana dan realistis. Tujuan Kita harus fokus pada apa yang ingin Kita capai.

Measurable  (Terukur)

Ketika menetapkan tujuan Kita, Kita harus yakin bahwa Kita dapat menangani mereka. Kita tidak bisa mengatakan apakah Kita mencapai tujuan Kita atau tidak jika Kita tidak bisa mengukur mereka. Oleh karena itu, tujuan Kita harus terukur dan Kita harus terus memantau kemajuannya. Kita harus memiliki bentuk pengukuran yang valid atau kriteria untuk mengukur kemajuan Kita.

Attainable (Dapat Dicapai)

Buatlah tujuan Kita realistis dan dapat dicapai. Tujuan yang Kita tetapkan untuk diri sendiri harus menantang namun realistis dan tidak boleh melebihi potensi Kita. Jika tujuan tidak mungkin untuk dicapai, maka hal itu bisa memiliki efek negatif dan menyebabkan kekecewaan dan frustrasi.

Relevan

Tetapkan tujuan yang relevan. Kita harus mengatur tujuan Kita berdasarkan kepentingan mereka dan memiliki relevansi langsung. Kita jelas harus membatasi tujuan langsung Kita dari yang jangka panjang. Dengan melakukan ini, Kita akan belajar untuk menentukan prioritas Kita dan melakukan hal-hal penting pertama kali.

Time Bound  (Batas Waktu)

Menetapkan batas waktu yang tepat untuk mencapai tujuan Kita. Kita dapat melakukan ini dengan melakukan analisis tujuan dengan menulis dan menKitai tanggal perkiraan untuk mencapai tujuan tersebut. Juga, meninjau kemajuan Kita secara teratur dengan menilai apakah tujuan telah dicapai atau tidak dan mengetahui penyebab kegagalannya.

 1. Pastikan tujuan  adalah spesifik. Tetapkan tujuan terukur sehingga dapat mencapai dan berhasil.
2. Tujuan juga harus dapat dicapai dan realistis.
3. Beri diri tujuan batas waktu.
4. Tuliskan tujuan.

c. Menyusun konsekuensi yang efektif
Konsekuensi logis, sering dianggap suatu konsep paling dasar dalam logika, adalah hubungan antara suatu kalimat (atau proposisi) dan kalimat lain (proposisi) sewaktu kalimat yang terakhir "mengikuti" kalimat sebelumnya. Sebagai contoh, "Kermit berwarna hijau" adalah konsekuensi logis dari "Semua katak berwarna hijau" dan "Kermit adalah seekor katak".
Suatu hubungan konsekuensi logis yang terspesifikasi dengan formal dapat dikarakterisasikan dengan teori model atau teori pembuktian (atau keduanya). Konsekuensi logis dapat pula diekspresikan sebagai suatu fungsi dari himpunan kalimat terhadap himpunan kalimat lain (formulasi Tarski), atau sebagai hubungan antara dua himpunan kalimat (logika simpulan jamak,multiple-conclusion logic).
Konsekuensi adalah kunci utama dalam membuka kinerja karyawanunggul. Namun manajer sering mempertimbangkan konsekuensi karena mereka melihat mereka. Mereka lupa bahwa dari perspektif karyawan, konsekuensi mungkin sangat berbeda.
1.Konsekuensi Seperti kecantikan, konsekuensi di mata yang melihatnya. Sebuah proyek insinyur melihat kesimpulan dari proyek sipil yang besar sebagai prestasi besar dan Kesempatanuntuk bonus tunai besar. Untuk seorang pedagang itu membawa prospek pengangguran. Saat membuat perubahan, pastikan Anda membangun konsekuensi bahwa staf Anda akan lihat sebagai positif dalam istilah mereka.

2. Tekanan rekan. Sebagai manajer, Anda mungkin memiliki banyak kekuasaan formal. Tapi kekuasaan informal juga penting. Sebagian besar karyawan sangat menyadari bagaimana rekan-rekan mereka berpikir. Prospek cemoohan dan penolakan oleh rekan-rekan dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam cara yang cukup asing bagi Anda. Mendorong staf untuk melakukan Pekerjaan atau mengambil "kesempatan" yang dapat mengisolasi mereka dari rekan-rekan mereka adalah konsekuensi yang perlu Anda pertimbangkan dengan hati-hati.

3. Ancaman Dan Peluang. Sistem operasi baru Anda mengurangi kesalahan, menghemat waktu, pemotongan pekerjaan administratif membosankan dan co-koordinat informasi dari berbagai sumber. Ini merupakan peningkatan yang luar biasa. Itu belum tentu pendapat karyawan senior setia yang mungkin melihat 25 tahun layanan terancam. Mereka mungkin melihat semua keterampilan yang telah membuat mereka seperti karyawan yang berharga "naik dalam asap". Perbaikan teknologi dapat menawarkan konsekuensi Perusahaan yang sangat positif. Perbaikan yang sama mungkin sangat mengancam karyawan jika tidak cukup menjelaskan.

4. Perspektif dan Konsekuensi. Manajer dan karyawan sering memiliki perspektif yang sangat berbeda dari tempat kerja. Mengantisipasi konsekuensi pengelolaan positif adalah bagian dari pekerjaan Anda. Tapi mengantisipasi reaksi karyawan, baik positif maupun negatif, merupakan bagian dari pekerjaan Anda juga. Ini tidak berarti Anda harus mengubah perspektif Anda. Ini tidak berarti Anda harus mempertimbangkan perspektif karyawan juga.
5. Konsekuensi tak terduga. Akan ada konsekuensi tak terduga dan tak terduga bahwa Anda tidak bisa cukup diantisipasi. Itu bukan alasan untuk kesalahan depan, buta terhadap reaksi Anda sedang menciptakan. Bersiaplah untuk konsekuensi tindakan Anda cenderung untuk membuat. Ketika tak terduga terjadi, Anda akan dapat berkonsentrasi pada penanganan itu. Hal ini dapat berharga untuk berkonsultasi karyawan tentang konsekuensi yang mungkin menganggap yang tidak jelas bagi Anda.


d. Menerapkan rencana intervensi
rencana intervensi yang dibuat praktikan untuk menangani masalah klien “MG” adalah sebagai berikut:
1. Social Case Work Method Metode Bimbingan Sosial Individu menekankan pada pertolongan secara khusus terhadap individu yang mengalami masalah tersebut.
 2. Social Group Work Method Metode Bimbingan Sosial Kelompok menekankan bahwa pertolongan dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi peran kelompok untuk dapat saling membantu menghadapi masalahnya.
 3. Motivation Training Training motivasi akan dibawakan oleh trainer profesional dengan materi seputar merancang masa depan.
 4. Pengembalian klien kepada PSMP/RPSA Kementerian Sosial RI Berdasarkan asesmen yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa meskipun klien “MG” saat ini berstatus Anak Negara (AN) yang nota bene akan dididik di LAPAS sampai usia 18 tahun. Namun ada celah kebijakan yang dapat dilakukan yakni pasca 2 kali 6 bulan menjalani masa tahanan, klien “MG” dapat diajukan untuk pembebasan bersyarat.
e. Dalam tahapan evaluasi
Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa  yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu diadakan evaluasi, dimana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang mengadakan evaluasi. Hal yang perlu dilakukan evaluasi tersebut adalah narasumber yang ada, efektifitas penyebaran pesan, pemilihan media yang tepat dan pengambilan keputusan anggaran dalam mengadakan sejumlah promosi dan periklanan Evaluasi tersebut perlu diadakan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan perhitungan pembiayaan, memilih strategi terbaik dari berbagai alternatif strategis yang ada, meningkatkan efisiensi iklan secara general, dan melihat apakah tujuan sudah tercapai. Di sisi lain, perusahaan kadang-kadang enggan untuk mengadakan evaluasi karena biayanya yang mahal, terdapat masalah dengan penelitian, ketidaksetujuan akan apa yang hendak dievaluasi, merasa telah mencapai tujuan, dan banyak membuang waktu. Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi diawal Evaluasi dapat dilakukan di dalam atau diluar ruangan .Evaluasi yang diadakan di dalam ruangan pada umumnya menggunakan metode penelitian laboratorium dan sampel akan dijadikan sebagai kelompok percobaan. Kelemahannya, realisme dari metode ini kurang dapat diterapkan.Sementara, evaluasi yang diadakan di luar ruangan akan menggunakan metode penelitian lapangan dimana kelompok percobaan tetap dibiarkan menikmati kebebasan dari lingkungan sekitar. Realisme dari metode ini lebih dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Untuk mencapai evaluasi tersebut dengan baik, diperlukan sejumlah tahapan yang harus dilalui yakni menentukan permasalahan secara jelas,mengembangkan pendekatan permasalahan,memformulasikan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data,menganalisis data yang diperoleh, dan kemampuan menyampaikan hasil penelitian.

Daftar Pustaka :
Ashar Suyoto Munandar, Psikologi Industri dan Organisasi,Jakarta 2008
Khavari, Khalil A., The Art of Happiness, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006