I. Mengubah sikap terhadap pekerjaan
Sikap
(attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi,
karena sikap sering di gunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku
perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku suatu bangsa. Salah satu hal yang
menarik dari perilaku manusia yang membuatnya menjadi kompleks adalah sifat
deferensial. Seseorang dapat berespon tertentu dalam menghadapi stimulus atau
objek pada suatu saat, tetapi dapat pula berespon yang lain pada saat yang
berbeda.
Mendefinisikan
nilai pekerjaan
Pandangan
konservatif menyatakan bahwa kerja jasmaniah itu adalah bentuk hukaman yang di
timpakan pada manusia sebagai akibat dari dosa-dosanya; sehingga orang yang
berakal sehat harus bekerja giat untuk mempertahankan eksistensi diri sendiri
dan keluarganya. Sehubungan dengan kondisi pekerjaan, di pikirkan untuk
mengadakan perbaikab-perbaikan terhadap kondisi-kondisi kerja yang mendorong
orang untuk menyukai pekerjaan.
Pandangan yang menyatakan bahwa kebanyakan orang tidak menyukai pekerjaan, sudah banyak mengalami modfikasi pada zaman modern sekarang. Di akui bahwa banyak orang, misalnya buruh profesional, para ahli, seniman-seniman dan juru-juru yang mempunyai keahlian tinggi – bersungguh-sungguh mencitai pekerjaannya. Sedang insentif dan satu-satunya motivasi kerjanya mungkin berupa “kesejahteraan umum” atau rasa puas-bangga, atau aktivitas keja itu sendiri. Nilai pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita kerjakan, sangat bergantung kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita ketika mengerjakan pekerjaan itu.
Pandangan yang menyatakan bahwa kebanyakan orang tidak menyukai pekerjaan, sudah banyak mengalami modfikasi pada zaman modern sekarang. Di akui bahwa banyak orang, misalnya buruh profesional, para ahli, seniman-seniman dan juru-juru yang mempunyai keahlian tinggi – bersungguh-sungguh mencitai pekerjaannya. Sedang insentif dan satu-satunya motivasi kerjanya mungkin berupa “kesejahteraan umum” atau rasa puas-bangga, atau aktivitas keja itu sendiri. Nilai pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita kerjakan, sangat bergantung kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita ketika mengerjakan pekerjaan itu.
Apa yang
dicari dalam pekerjaan
Mencari uang: Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong
seseorang untuk bekerja. Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi
kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai
pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang
ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak
orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
Mencari pengembangan diri: Adalah tabiat manusia untuk
ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari
pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan mencari pekerjaan dimana mereka
dapat mengembangkan diri mereka disana.
Mencari teman/sarana bersosialisasi: Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka.
Mencari kebanggaan/kehormatan diri: Hal lain yang dicari oleh
orang dengan bekerja adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang
mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang
yang tergantung pada orang lain.
Fungsi
psikologis dari pekerjaan
Kerja mulai dipahami sebagai tempat
sosial dimana manusia menggunakan bakat-bakat yang dimiliki untuk melayani
sesama, tidak lagi semata-mata dalam rangka memenuhi kebutuhan finansial
keluarga. Manusia mulai sadar memiliki kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi
secara mandiri sehingga dirasakan perlunya komunitas yang didalamnya
orang-orang saling bergantung. Setiap orang harus mempergunakan bakat yang
dimilkinya untuk melayani orang lain, demikian pula sebaliknya. Sehingga,
secara bersama-sama setiap orang membangun masyarakat sebagai suatu sistem yang
saling mendukung. Dengan kosep kerja seperti ini, kita kemudian berpikir
tentang dua hal mendasar bagaimana memilih suatu pekerjaan. Pertama, pekerjaan
dipilih berdasarkan minat dan bakat yang kita miliki. Meskipun terdengar
sederhana, namun faktanya menemukan minat dan bakat adalah suatu proses yang
sulit karena kita lahir tanpa membawa rincian tentang ketertarikan dan
kemampuan bawaan.
II. Fase-fase dalam memilih
pekerjaan
Seorang individu membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup
atau memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Biasanya mereka memilih suatu pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Dalam memilih pekerjaan manusia
akan mau dan mampu untuk bekerja dengan baik bilamana ia ditempatkan pada
posisi dengan jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta bila
mana ia bisa memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan itu. lni berarti
bahwa perusahaan harus bisa menempatkan orang pada jabatan-jabatan yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya, dengan tidak lupa mempertimbangkan upaya
pemenuhan kebutuhannya. Sebelum di tempatkan pada posisi yang sesuai dengan
minat dan kemampuanya, para calon tenaga kerja biasanya terlebih dahulu
mengikuti seleksi yang diadakan oleh pihak perusahaan yang bertujuan untuk
mencari calon tenga kerja yang memang benar-benar menguasai keahlian didalam
bidang yang dicari oleh pihak perusahaan. ada enam tahapan yang harus dijalani
oleh seorang calon tenaga kerja, yaitu:
1.
Tahap penyerahan surat lamaran
2.
Tahap wawancara awal
3.
Tahap ujian psikotes
4.
Tahap penilaian akhir
5.
Tahap pemberitahuan wawancara akhir
6.
Tahap penerimaan
Fase remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak
karena akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana
anak-anak mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana mereka bersikap
terhadap lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase
remaja dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase usia
selanjutnya akan rentan terganggu. Apalagi tugas perkembangan yang utama
dilakukan dalam fase remaja adalah untuk mencari identitas diri. Identitas diri
mencakup bagaimana seorang anak melihat diri mereka, bagaimana mereka menilai
kelebihan dan kekurangannya, bagaimana mereka menentukan bayangan sosok ideal
yang mereka ingin perankan, serta bagaimana mereka menentukan bayangan masa
depan yang mereka inginkan. Ketika anak-anak pada usia ini gagal mengetahui
siapa identitas mereka, maka mereka akan mengalami kebingungan yang akan rentan
berdampak pada tugas-tugas perkembangan mereka selanjutnya. Proses mencari
identitas diri juga bukanlah suatu hal yang mudah. “Anak-anak harus
mengeksplorasi diri mereka di dalam lingkungan serta menghadapi tantangan
lingkungan, sementara di waktu yang bersamaan mereka juga mengalami
perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif, dan psikologis, yang membuat
mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses yang tidak mudah inilah yang
membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.
III.
Hubungan karakteristik pribadi dan karakteristik pekerjaan dalam memilih
pekerjaan yang cocok
Kepribadian
Artistik
Karakter: kreatif, imajinasi yang tak pernah berhenti, suka
mengekspresikan diri, suka bekerja tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang
berkaitan dengan design/warna/kata-kata. Orang artistik merupakan pemecah
masalah yang sangat hebat karena mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan
pendekatan rasional.
Pekerjaan yang cocok: editor, grafik desainer, guru drama, arsitek,
produser, ahli kecantikan, model, pemain film, sutradara, interior desain.
Kepribadian
Konvensional
Karakter: menyukai aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat
waktu, suka bekerja dengan rincian data, tertib, cenderung pendiam dan lebih
hati-hati.
Pekerjaan yang cocok: akuntan, petugas asuransi, penegak hukum, pengacara,
penulis, penerjemah.
Kepribadian
Aktif
Karakter: gigih, berani, suka berkompetisi, penuh semangat,
pekerja keras, ekstrovet, enerjik, dan progresif.
Pekerjaan yang cocok: wiraswasta, direktur program, manajer.
Kepribadian
Investigasi
Karakter: analitis, intelektual, ilmiah, menyukai misteri,
sangat memperhatikan detail, lebih suka bekerja secara individu, menggunakan
logika.
Pekerjaan yang cocok: analisis sistem komputer, programmer, dosen, profesor,
statistik, dokter.
Kepribadian
Realistis
Karakter: realistis, praktis, simpel, bekerja di luar ruangan,
berorientasi pada masalah dan solusinya, suka bekerja dengan objek yang
kongkrit, pekerjaan yang menggunakan alat bantu atau mesin.
Pekerjaan yang cocok: tukang listrik, dokter gigi.
Kepribadian
Sosial
Karakter: suka membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan
baik, bekerja dalam tim, sabar, murah hati, memiliki empati, memusatkan diri
dengan interaksi manusia, suka berbicara.
Pekerjaan yang cocok: psikolog, guru, mediator, perawat, entertainer,
selebriti.
IV. kepuasan kerja, penyesuaian diri dalam pekerjaan
Kepuasan
kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang
yang berupa selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan
banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima (R. Hodson, 1991).
Kepuasan kerja merupakan variabel terikat (dependent variable) yaitu suatu
respon yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Di samping hal tersebut, kepuasan
kerja sampai dengan saat ini banyak dihubungkan dengan tingkat produktifitas
dan kuantitas hidup, oleh karena itu masyarakat maju banyak yang memperhatikan
kepuasan kerja pegawai/karyawan dengan memberi kepedulian dan ganjaran material
yang memadai dan bahkan ada anggapan bahwasanya organisasi-organisasi sekarang
harus bertanggung jawab untuk memberikan kepada pegawai/ karyawan pekerjaan
yang menantang dan secara intrinsik mengganjar. Kepuasan kerja merupakan
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para pegawai
memandang pekerjaan mereka (Handoko, 1987: 193). Menurut Tiffin dalam As’ad
(1995: 104) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari pegawai terhadap
pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama dengan pimpinan dan sesama
pegawai. Blum dalam As’ad (1995: 104) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap
faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri
dan hubungan sosial individual di luar kerja.
V.
Menggunakan waktu luang dengan positif
Menurut
Muhammad Adil Khithab berpendapat bahwa waktu luang adalah waktu bebas yang
oleh seseorang diisi sesuai dengan kegiatan yang dikehendakinya.
Waktu Luang memiliki beberapa
pengertian, antara lain: Menurut Rabiltuz waktu luang adalah waktu yang tersisa
dari pekerjaan yang diharuskan atau sisa waktu belajar atau waktu untuk
melaksanakan kewajiban sehari-hari.
Waktu luang adalah waktu bebas yang
tersisa dari serangkaian kegiatan kehidupan sehari-hari atau setelah
melaksanakan kewajiban dan kepentingan hidup.Waktu luang tersebut bebas diisi
dengan kegiatan yang diinginkan dan disukai. Memanfaatkan waktu luang dengan positif bisa saja
dengan berolahraga, membaca buku, menghabiskan waktu bersama dengan keluarga
atau orang yang terkasih. Memanfaatkan waktu luang yang bermanfaat dan berguna.
B. Self Directed Changes
I.Melakukan perubahan pribadi melalui tahapan :
a. Meningkatkan control diri
Dalam perkembangan kontrol-diri, beberapa ahli menganggap
bahwa pada usia remaja kontrol-diri sudah mencapai akhir perkembangan, penelitian
membuktikan bahwa kontrol-diri yang rendah pada masa remaja berhubungan dengan
kontrol-diri yang rendah pula pada masa dewasa. Namun ahli lain mengatakan bahwa kontrol-diri dapat
berkembang sepanjang kehidupan. Seperti
yang dilaporkan oleh Fujita dkk,kontrol-diri dapat ditingkatkan melalui
beberapa cara berfikir yang saling berhubungan :
1. Global Processing, mencoba fokus pada gambaran besar
dari tujuan hidup atau cita-cita kita, sehingga setiap kegiatan atau tindakan
kita dilihat sebagai bagian dari pencapaian tujuan akhir.
2. Abstrac listening, mencoba menolak detil-detil dalam situasi khusus untuk membawa kita berfikir bagaimana tindakan kita sesuai dengan rencana kerja kita secara keseluruhan. Contoh-nya seseorang mungkin harus mengurangi berfikir tentang detil-detil beratnya latihan fisik tetapi mencoba untuk fokus pada gambaran fisik yang ideal yang akan dicapai bila dia tetap menjalankan latihan dengan baik.
2. Abstrac listening, mencoba menolak detil-detil dalam situasi khusus untuk membawa kita berfikir bagaimana tindakan kita sesuai dengan rencana kerja kita secara keseluruhan. Contoh-nya seseorang mungkin harus mengurangi berfikir tentang detil-detil beratnya latihan fisik tetapi mencoba untuk fokus pada gambaran fisik yang ideal yang akan dicapai bila dia tetap menjalankan latihan dengan baik.
3.High-level
categorization, berfikir
tentang konsep tingkat tinggi daripada keadaan yang khusus atau sesaat.
Katagorisasi tugas dapat membantu kita untuk mengatur fokus dan mencapai
disiplin-diri yang lebih besar.
Beberapa hal diatas dapat diterapkan pada banyak situasi
dimana pada saat itu dibutuhkan kontrol-diri. Pendek kata ketiga cara berfikir diatas adalah cara
yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama yaitu : berfikir global, obyektif
dan abstak , sehingga peningkatan kontrol-diri akan mengikuti kemudian.
b. Cara menetapkan suatu tujuan
Tetapkan tujuan SMART adalah teknik pengaturan
tujuan paling populer di mana Kita mendefinisikan tujuan Kita sebagai:
S- Specific
M- Measurable
A-Attainable
R- Relevant
T- Time Bound
Spesifik
Sebuah cara yang efektif menetapkan tujuan untuk sukses adalah
membuat tujuan Kita sespesifik mungkin. Tujuan Kita harus jelas dan tepat.
Selain itu, tujuan juga harus sangat sederhana dan realistis. Tujuan Kita harus
fokus pada apa yang ingin Kita capai.
Measurable (Terukur)
Ketika menetapkan tujuan Kita, Kita harus yakin bahwa Kita dapat
menangani mereka. Kita tidak bisa mengatakan apakah Kita mencapai tujuan Kita
atau tidak jika Kita tidak bisa mengukur mereka. Oleh karena itu, tujuan Kita
harus terukur dan Kita harus terus memantau kemajuannya. Kita harus memiliki
bentuk pengukuran yang valid atau kriteria untuk mengukur kemajuan Kita.
Attainable (Dapat Dicapai)
Buatlah tujuan Kita realistis dan dapat dicapai. Tujuan yang Kita
tetapkan untuk diri sendiri harus menantang namun realistis dan tidak boleh melebihi
potensi Kita. Jika tujuan tidak mungkin untuk dicapai, maka hal itu bisa
memiliki efek negatif dan menyebabkan kekecewaan dan frustrasi.
Relevan
Tetapkan tujuan yang relevan. Kita harus mengatur tujuan Kita
berdasarkan kepentingan mereka dan memiliki relevansi langsung. Kita jelas
harus membatasi tujuan langsung Kita dari yang jangka panjang. Dengan melakukan
ini, Kita akan belajar untuk menentukan prioritas Kita dan melakukan hal-hal
penting pertama kali.
Time Bound (Batas Waktu)
Menetapkan batas waktu yang tepat untuk mencapai tujuan Kita. Kita
dapat melakukan ini dengan melakukan analisis tujuan dengan menulis dan
menKitai tanggal perkiraan untuk mencapai tujuan tersebut. Juga, meninjau
kemajuan Kita secara teratur dengan menilai apakah tujuan telah dicapai atau
tidak dan mengetahui penyebab kegagalannya.
1. Pastikan
tujuan adalah spesifik. Tetapkan tujuan
terukur sehingga dapat mencapai dan berhasil.
2. Tujuan juga harus dapat dicapai dan realistis.
3. Beri
diri tujuan batas waktu.
4. Tuliskan
tujuan.
c. Menyusun konsekuensi yang efektif
Konsekuensi
logis, sering dianggap suatu konsep paling dasar dalam logika,
adalah hubungan antara suatu kalimat (atau proposisi) dan kalimat
lain (proposisi) sewaktu kalimat yang terakhir "mengikuti" kalimat
sebelumnya. Sebagai contoh, "Kermit berwarna hijau" adalah
konsekuensi logis dari "Semua katak berwarna hijau" dan "Kermit
adalah seekor katak".
Suatu hubungan
konsekuensi logis yang terspesifikasi dengan formal dapat dikarakterisasikan
dengan teori model atau teori pembuktian (atau keduanya). Konsekuensi logis
dapat pula diekspresikan sebagai suatu fungsi dari himpunan kalimat terhadap
himpunan kalimat lain (formulasi Tarski), atau sebagai
hubungan antara dua himpunan kalimat (logika simpulan jamak,multiple-conclusion logic).
Konsekuensi adalah kunci utama dalam
membuka kinerja karyawanunggul.
Namun manajer sering mempertimbangkan konsekuensi karena mereka melihat mereka.
Mereka lupa bahwa dari perspektif karyawan, konsekuensi mungkin sangat
berbeda.
1.Konsekuensi
Seperti kecantikan, konsekuensi di mata yang melihatnya. Sebuah proyek insinyur melihat
kesimpulan dari proyek sipil yang besar sebagai prestasi besar dan Kesempatanuntuk bonus tunai besar. Untuk seorang pedagang
itu membawa prospek pengangguran. Saat membuat perubahan, pastikan Anda
membangun konsekuensi bahwa staf Anda akan lihat sebagai positif dalam istilah
mereka.
2. Tekanan rekan. Sebagai manajer, Anda mungkin memiliki
banyak kekuasaan formal. Tapi kekuasaan informal juga penting. Sebagian besar
karyawan sangat menyadari bagaimana rekan-rekan mereka berpikir. Prospek
cemoohan dan penolakan oleh rekan-rekan dapat mempengaruhi perilaku mereka
dalam cara yang cukup asing bagi Anda. Mendorong staf untuk melakukan Pekerjaan atau
mengambil "kesempatan" yang dapat mengisolasi mereka dari rekan-rekan
mereka adalah konsekuensi yang perlu Anda pertimbangkan dengan hati-hati.
3.
Ancaman Dan Peluang. Sistem operasi baru Anda mengurangi kesalahan, menghemat
waktu, pemotongan pekerjaan administratif membosankan dan co-koordinat
informasi dari berbagai sumber. Ini merupakan peningkatan yang luar biasa. Itu
belum tentu pendapat karyawan senior setia yang mungkin melihat 25 tahun
layanan terancam. Mereka mungkin melihat semua keterampilan yang telah membuat
mereka seperti karyawan yang berharga "naik dalam asap". Perbaikan
teknologi dapat menawarkan konsekuensi Perusahaan yang sangat positif. Perbaikan yang
sama mungkin sangat mengancam karyawan jika tidak cukup menjelaskan.
4. Perspektif dan Konsekuensi.
Manajer dan karyawan sering memiliki perspektif yang sangat berbeda dari tempat
kerja. Mengantisipasi konsekuensi pengelolaan positif adalah bagian dari
pekerjaan Anda. Tapi mengantisipasi reaksi karyawan, baik positif maupun
negatif, merupakan bagian dari pekerjaan Anda juga. Ini tidak berarti Anda
harus mengubah perspektif Anda. Ini tidak berarti Anda harus mempertimbangkan
perspektif karyawan juga.
5. Konsekuensi tak terduga. Akan ada
konsekuensi tak terduga dan tak terduga bahwa Anda tidak bisa cukup
diantisipasi. Itu bukan alasan untuk kesalahan depan, buta terhadap reaksi Anda
sedang menciptakan. Bersiaplah untuk konsekuensi tindakan Anda cenderung untuk
membuat. Ketika tak terduga terjadi, Anda akan dapat berkonsentrasi pada
penanganan itu. Hal ini dapat berharga untuk berkonsultasi karyawan tentang
konsekuensi yang mungkin menganggap yang tidak jelas bagi Anda.
d. Menerapkan rencana intervensi
rencana
intervensi yang dibuat praktikan untuk menangani masalah klien “MG” adalah
sebagai berikut:
1. Social
Case Work Method Metode Bimbingan Sosial Individu menekankan pada pertolongan secara
khusus terhadap individu yang mengalami masalah tersebut.
2. Social Group Work Method Metode Bimbingan
Sosial Kelompok menekankan bahwa pertolongan dapat dilakukan dengan melakukan
modifikasi peran kelompok untuk dapat saling membantu menghadapi masalahnya.
3. Motivation Training Training motivasi akan
dibawakan oleh trainer profesional dengan materi seputar merancang masa depan.
4. Pengembalian klien kepada PSMP/RPSA
Kementerian Sosial RI Berdasarkan asesmen yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa meskipun klien “MG” saat ini berstatus Anak Negara (AN) yang nota bene
akan dididik di LAPAS sampai usia 18 tahun. Namun ada celah kebijakan yang
dapat dilakukan yakni pasca 2 kali 6 bulan menjalani masa tahanan, klien “MG”
dapat diajukan untuk pembebasan bersyarat.
e. Dalam tahapan evaluasi
Dalam mengadakan
sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa yang
menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu diadakan
evaluasi, dimana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang mengadakan evaluasi. Hal yang
perlu dilakukan evaluasi tersebut adalah narasumber yang ada, efektifitas
penyebaran pesan, pemilihan media yang tepat dan pengambilan keputusan
anggaran dalam mengadakan sejumlah promosi dan periklanan Evaluasi tersebut perlu diadakan
dengan tujuan untuk menghindari kesalahan perhitungan pembiayaan, memilih strategi terbaik
dari berbagai alternatif strategis yang ada, meningkatkan efisiensi iklan secara general, dan melihat
apakah tujuan sudah tercapai. Di
sisi lain, perusahaan kadang-kadang enggan untuk mengadakan evaluasi karena biayanya yang mahal, terdapat masalah dengan
penelitian, ketidaksetujuan akan apa yang hendak dievaluasi, merasa telah
mencapai tujuan, dan banyak membuang waktu. Secara garis besar,
proses evaluasi terbagi menjadi diawal Evaluasi dapat dilakukan di dalam atau
diluar ruangan .Evaluasi yang diadakan di dalam ruangan pada umumnya
menggunakan metode penelitian
laboratorium dan sampel akan dijadikan sebagai kelompok
percobaan. Kelemahannya, realisme dari metode ini kurang dapat
diterapkan.Sementara, evaluasi yang diadakan di luar ruangan akan menggunakan
metode penelitian lapangan dimana kelompok percobaan tetap
dibiarkan menikmati kebebasan dari lingkungan sekitar. Realisme dari metode ini lebih dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Untuk mencapai evaluasi
tersebut dengan baik, diperlukan sejumlah tahapan yang harus dilalui yakni menentukan permasalahan secara jelas,mengembangkan pendekatan permasalahan,memformulasikan desain penelitian, melakukan penelitian
lapangan untuk mengumpulkan data,menganalisis data
yang diperoleh, dan kemampuan menyampaikan hasil penelitian.
Daftar Pustaka :
Ashar Suyoto Munandar,
Psikologi Industri dan Organisasi,Jakarta 2008
Khavari, Khalil A., The
Art of Happiness, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar