Kamis, 02 Mei 2013

PENYESUAIAN DIRI


A.PENYESUAIAN DIRI

1.     Pengertian penyesuaian diri

Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksestensinya (survive) dan memperoleh kesejahteraan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan social. Penyesuaian diri juga dapat diartikan bagai konvormitas, yang menyesuaikan sesuatu dengan standart atau prinsip. Definisi lain mengenai penyesuaian diri yaitu, kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efisien individu memiliki kemampuan untuk menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai suatu kematangan emosianal. Kematangan emosianal maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungan nya.

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasitidakterjadi.
Penyesuaian diri merupakan proses yang meliputi respon mental dan perilaku yang merupakan usaha individu untuk mengatasi dan menguasai kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, frustasi, dan konflik-konflik agar terdapat keselarasan antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan atau harapan dari lingkungan di tempat ia tinggal. 
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih  sesuai antara diri individu dengan lingkungan   nya.




2.     Konsep penyesuaian diri

Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut : 
A.    Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa  survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
  1. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
  2. Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekkuatt/ memnuhi syarat.
  3. Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positifmemiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.

3.     Pertumbuhan personal

Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.

a.      Penekanan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
b.      Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

c.       Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

d.      Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen.

B.STRESS 

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.

1.pengertian stress,efek-efek stress “general adaption syndrome”, menurut Hans selye

v  Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.  Systemic stress didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Ia menyebut kondisi-kondisi pada lingkungan yang menghasilkan stres, misalnya racun kimia atau temperatur ekstrim, sebagai stressor.
Selye mengidentifikasikan tiga tahap dalam resspon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stress, yang diistilahkan General Adaptation Syndrome (GAS).
  • Tahap pertama adalah alarm reaction dari system syaraf otonom, termasuk didalamnya peningkatan sekresi adrenalin, detak jantung, tekanan darah dan otot menegang. Tahap ini bsa diartikan sebagai pertahanan tubuh.
  • Selanjutnya tahap ini diikuti oleh tahap resistance atau adaptasi, yang didalam nya termasuk berbagai macam respon coping secara fisik.
  • Tahap ketiga, exhaustion atau kelelahan, akan terjadi apabila stressor datang secara intens dan dalam jangka waktu yang cukup lama, jika usaha-usaha perlawanan gagal untuk menyelesaikan secara adekuat.
v  ada 50 gejala yang merupakan efek dari stres, terbagi dalam 4 kelompok , yakni fisik, kognitif, emosi dan tingkah laku, antara lain sebagai berikut :
  • Gejala stres yang dapat dilihat melalui efek pada  fisik, antara lain adalah gagap dalam berbicara (sulit untuk bicara), detak jantung meningkat, kepala pusing, badan gemetaran, muntah-muntah, kesulitan bernafas, kelelahan yang berlebihan, serta kesulitan tidur.
  • Secara kognitif, efek stres yang muncul adalah berkurangnya konsentrasi, mudah lupa, munculnya pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, kreativitas menurun, serta hilangnya kontrol pada diri sendiri.
  • Sedangkan secara emosi, reaksi stres yang muncul adalah mudah cemas, cepat tersinggung, mudah marah, depresi, penarikan diri pada lingkungan sosial, mudah menangis, menurunnya rasa percaya diri, serta munculnya pandangan negatif pada diri dan orang lain.
  • Dilihat dari tingkah laku, reaksi stres yang terlihat adalah tidak sabar, menjadi ceroboh, nervous laughter, menarik diri dari lingkungan sekitar, merokok, penurunan dan peningkatan nafsu makan, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman beralkohol, serta munculnya tingkah laku yang bersifat agresif seperti mengemudikan mobil dengan kecepatan sangat tinggi.

2.Faktor-faktor individual dan social yang menjadi penyebab stress
Perkembangan jaman mendorong manusia untuk bergerak lebih cepat dan produktif guna memenuhi kebutuhan hidup. Usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup baik fisik, mentalemosional, dan sosial tidak jarang menghadapi rintangan. Rintangan, tekanan-tekanan dan kesulitankesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup menjadikan individu stres, sehingga mempengaruhi fungsi fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku. Seberapa besar pengaruh stres pada tubuh tidak tergantung pada jumlah atau berat stres yang terjadi, tetapi tergantung pada status stres itu sendiri; apakah diinginkan (desirable stress) atau tidak diinginkan (undesirable stress). Stres yang tidak diinginkan memiliki potensi yang lebih besar dalam menimbulkan efek psikologik.  Stresor adalah faktorfaktor yang dapat menimbulkan stres. Secara umum  stressor menggolongkan dalam tiga golongan, yaitu :
1.      Stresor fisik-biologik, misalnya : kondisi dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan
2.      Stresor psikologis, misalnya perasaan takut, khawatir, cemas, marah, kecewa, kesepian, jatuh cinta
3.      Stresor sosial budaya, misalnya menganggur, perceraian, perselisihan.
3.TIPE STRES PSIKOLOGI

Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus-menerus muncul.ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:
1.Fase reaksi yang mengejutkan (alram reaction)
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup,keluar keringat dingin,muka pucat,leher tegang.nadi nergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.
2.Fase perlawanan (stage of resistence)
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress,sebab pada tingkat tertentu,stress akan membahyakan.tubuh dapat mengalami disfungsi,bila stress dibiarkan berlarut-larut.selama masa perlawanan tersebut,tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang,karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3.Fase Keletihan ( stage of Exhaustion)
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapt menyerang bagian-bagian tubuh yang lemah.

Stres adalah terpacunya tubuh dan pikiran untuk merespon tuntutan yang datang pada seseorang. Stres tidak bisa dan sebaiknya tidak dihindari, sebaliknya stres harus ditahan, diatur, dan diarahkan. Respon dari stres mempengaruhi organ dan jaringan di dalam tubuh. Pikiran dan perasaan jelas terjalin dengan proses-proses fisiologis, tubuh mempengaruhi pikiran dan sebaliknya. Perilaku yang sering dimunculkan karena stres misalnya, mudah marah, berbicara dengan cepat, dan bergerak seperti terburu-buru. Tiga tipe stres adalah:
(1) Neustres (stres yang netral) : Stres menjadi sesuatu yang netral ketika seseorang merespon tuntutan dari dalam maupun luar dirinya dengan netral. Pikiran dan tubuh dipacu, tetapi dampak yang dirasakan dari tuntutan yang ada hanya sedikit dan seseorang itu mampu menjalani kehidupannya seperti biasa.
(2) Distres (stres yang bersifat negatif) : Seseorang menganggap pengalaman atau peristiwa yang dialaminya itu membahayakan tergantung pada derajat apakah seseorang menerimastresor itu sebagai sesuatu yang melebihi kemampuannya untuk ditangani, dan apakah itu mengancam kesejahteraannya.
Simptom-simptom distres antara lain: konsentrasi yang rendah, mudah marah, tangan sering berkeringat, pundak terasa kaku, cemas, depresi, dan berbicara dengan cepat. Di dalam keluarga, adanya kondisi distres pada salah satu anggota, terutama orangtua, dapat menimbulkan masalah, seperti: ketegangan di dalam keluarga, teredamnya kebebasan berekspresi, konflik terbuka, menjatuhkan secara psikologis, rendahnya harga diri anggota keluarga yang lain, tidak memberikan perhatian penuh pada kebutuhan fisik dan emosi anggota keluarga yang lain, dan menyebabkan kehancuran dalam keluarga.

(3)Positive Stres : Stres yang memberikan manfaat ketika muncul, antara lain:
(a) membantu merespon dengan cepat dan segenap tenaga dalam keadaan darurat
(b) membantu menyadari potensi diri yang sesungguhnya
(c) berguna untuk tampil dengan baik ketika berada di bawah tekanan (seperti wawancara kerja)
(d) membantu mendorong seseorang ke titik batas.
            Stres yang positif merupakan hasil dari pengalaman yang menggembirakan, seperti memenangkan undian, kenaikan jabatan yang tidak diduga, atau mendapat penghargaan. Berbeda dengan stres yang bersifat negatif, dimana penyebabnya biasanya berupa rasa kehilangan, kelemahan, dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah.

·         Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:

A.    Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain

B.      Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.

C.     Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.

D.    Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.

4.     Symptom reducing responses terhadap stress, mekanisme pertahanan diri dan strategi coping untuk mengatasi stress “minor”
1.        Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah
Menurut Lazarus penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a.    Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b.    Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
2.    Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar:
a.    strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
b.    strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress
3.    Berpikir positif dan self-efficacy
Menurut Bandura self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata. Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif. Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi, orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas rata-rata dapat menjadi yang paling efektif .
4.    Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar,keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres.

5.     Pendekatan problem solving terhadap stress bagaimana meningkatkan toleransi stress.
Salah satu cara dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri, juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan).
·Meningkatkan Toleransi Stress dan Pendekatan Berorientasi terhadap Tugas
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.

Daftar pustaka :

Fatimah,Enung.2010.psikologi perkembangan (perkembangan peserta Didik).jakarta : Cv Pustaka Setia
Haditono (1984). Psikologi umum. Yogyakarta , Penerbit Andi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar